Indonesia dengan dua pertiga wilayahnya berupa perairan memberikan tantangan logistik yang cukup sulit. Meskipun Indonesia kaya dengan sumber daya alam, tetapi tidak diimbangi dengan ketersediaan alat angkut yang sesuai. Dengan bentuk negara kepulauan, biaya logistik menjadi hal yang tidak murah.
 
Melihat  kenyataan ini, Samudera Indonesia bersama-sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi untuk mewujudkan inovasi berupa alat angkut LNG yang lebih efisien. Harapannya, dengan  inovasi ini biaya logistik untuk pengangkutan LNG bisa lebih kompetitif dan terjangkau secara ekonomi.
 
Berbekal pengalaman lebih dari 65 tahun di dunia pelayaran, Samudera Indonesia akan memberikan dukungan dalam hal menetapkan standar kompetensi kru dan awak kapal, menyiapkan standard operational procedure pengoperasian kapal secara komersial dan sesuai standar kesehatan dan keamanan, serta menyiapkan modul pemeliharaan dan pengelolaan kapal.
 
Penandatanganan MoU oleh Samudera Indonesia diwakili oleh Direktur Utama, Bani M. Mulia pada Senin (8/3) di Kantor Pusat BPPT. “Selain menjadi karya anak bangsa, kapal ini tentu akan menjadi solusi yang tepat untuk kondisi logistik di Indonesia dan dapat diimplementasikan dengan cepat tanpa menunggu pembangunan infrastruktur lain seperti pelabuhan, dermaga, dan storage,” ungkap Bani.
 
“Fokus utama pembangunan kapal ini adalah tercapainya biaya distribusi yang kompetitif dan terjangkau sehingga pada akhirnya energi alternatif seperti LNG dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di pelosok Indonesia,” tambahnya.
 
Saat ini  desain prototype kapal sedang dalam proses penyelesaian persetujuan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk pembangunan dan supervisi adalah 16 bulan dan terakhir akan melalui tahapan operasional dan implementasi.

Kembali